Banyak siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) atau Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPLG) sering kali memiliki stigma: “RPL itu hanya tentang coding”.
Padahal kenyataannya, dunia kerja di industri software jauh lebih luas dan kompleks dibandingkan hanya menulis baris kode.
Baru-baru ini, perusahaan kami dikunjungi oleh dua sekolah dari Majalengka, Jawa Barat. Dari diskusi tersebut, terlihat jelas adanya perbedaan antara materi sekolah dengan kebutuhan nyata di industri software.
Mengapa Stigma “Hanya Coding” Bisa Berbahaya?

Membatasi pandangan siswa: Mereka jadi menganggap skill utama hanya programming.
Mengurangi minat: Siswa yang tidak suka coding menghindar, padahal mereka mungkin berbakat di aspek lain.
Tidak sesuai kenyataan industri: Dunia kerja software house menuntut kolaborasi lintas peran, bukan sekadar coding.
Dunia Industri: Tentang Teamwork dan SDLC
Di software house, setiap proyek biasanya mengikuti Software Development Life Cycle (SDLC). Itu artinya, ada banyak tahapan penting selain coding, misalnya:
- Requirement Analysis – Menggali kebutuhan dari klien.
- Design – Membuat rancangan UI/UX, arsitektur sistem.
- Development (Coding) – Membangun aplikasi sesuai desain.
- Testing – Memastikan aplikasi bebas bug dan sesuai kebutuhan.
- Maintenance – Perawatan dan pengembangan berkelanjutan.

Peran di Industri Lebih dari Sekadar Programmer
Dalam tim software house, ada berbagai role penting yang saling melengkapi, seperti:
- UI/UX Designer – Mendesain tampilan aplikasi agar mudah digunakan.
- Business Analyst – Menyusun kebutuhan sistem berdasarkan diskusi dengan klien.
- Project Manager – Mengatur timeline dan koordinasi tim.
- Quality Assurance (QA) – Menguji aplikasi agar tidak ada error sebelum dipakai.
- DevOps Engineer – Mengatur server, deployment, dan infrastruktur cloud.
Jadi, siswa RPL/PPLG tidak harus menjadi programmer. Ada banyak jalan karier sesuai minat dan bakat masing-masing.

Bagaimana Sekolah Bisa Lebih Dekat dengan Industri?
- Kurikulum adaptif – Mengintegrasikan materi seperti project management, UI/UX, dan DevOps.
- Kolaborasi dengan industri – Menghadirkan praktisi sebagai guru tamu.
- Proyek nyata – Membiasakan siswa untuk bekerja dalam tim dengan simulasi proyek industri.
- Softskill development – Komunikasi, teamwork, problem solving sama pentingnya dengan coding.
Kesimpulan
RPL/PPLG bukan hanya tentang coding. Dunia industri membutuhkan siswa yang bisa berkolaborasi, berpikir sistematis, dan memahami seluruh tahapan pengembangan software.
Dengan pemahaman ini, stigma “RPL hanya tentang coding” harus mulai kita ubah. Karena pada kenyataannya, membangun software adalah kerja tim, bukan kerja satu orang.
dulu gue juga mikirnya RPL cuma tentang coding😭😭